Bongkar Fakta KCIC! Biaya Membangun Rp110 Triliun, Balik Modal Bisa 367 Tahun

Investor sekaligus pengamat pasar modal, Benix, mengungkap fakta mengejutkan terkait kondisi keuangan Kereta Cepat Indonesia-Cina (KCIC). Proyek transportasi prestisius yang diresmikan Oktober 2023 itu disebut justru menjadi “bom waktu” bagi keuangan negara dan BUMN yang terlibat.
Melansir dari akun TikTok @ahmadyajid96, menurut Benix, alih-alih menghasilkan keuntungan, proyek KCIC berpotensi membebani keuangan Indonesia dengan kerugian yang ditaksir berpotensi mencapai Rp2–4 triliun per tahun.
“Negara kita harus bayar bunga utang Rp223 miliar setiap bulan, entah KCIC untung atau rugi. Itu fakta yang tidak bisa dihindari,” ungkap Benix.
Baca Juga: Kronologi Penemuan Anti Puspita Sari, Mayat Setengah Telanjang Mulut Disumpal Celana Dalam
Benix menjelaskan, konsorsium KCIC dimiliki gabungan perusahaan Indonesia (60%) dan Cina (40%). Porsi Indonesia dikuasai oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), yang terdiri dari:
Kereta Whoosh Kemenhub
-PT KAI: 58,53%
Baca Juga: Wali Kota Tegal Dedy Yon dan Istri Gadis Sephi Naik Helikopter ke Konser Setia Band
-Wijaya Karya: 33%
-Jasa Marga: 7%
-PTPN VIII: 1,03%
Dengan struktur ini, kerugian terbesar otomatis ditanggung BUMN. Data menunjukkan:
-PT KAI merugi Rp2,2 triliun
-Wijaya Karya merugi Rp1,5 triliun
Sisanya dibebankan kepada Jasa Marga dan PTPN
“Empat pilar ini ternyata bukan pilar sinergi, tapi pilar nyungsep,” sindir Benix.
Awalnya, biaya pembangunan KCIC diproyeksikan Rp90 triliun, namun kemudian membengkak menjadi Rp110 triliun, mayoritas dibiayai utang dengan bunga 3,4% tenor 35 tahun, setara dengan kewajiban bunga Rp2,6 triliun per tahun.
Kemudian, Benix membuat simulasi hitung-hitungan pemasukan dan keuntungan KCIC.
Dalam simulasi tersebut, meski KCIC telah beroperasi dan melayani 6,04 juta penumpang di 2024, total pendapatan diperkirakan hanya Rp1,5 triliun per tahun. Dengan asumsi margin laba bersih 20% (Rp300 miliar), waktu yang dibutuhkan untuk balik modal mencapai 367 tahun.
“Bahkan menurut hitungan paling optimistis, profit KCIC tidak akan menutup biaya pembangunan dalam 10 generasi. Faktanya, hari ini malah rugi triliunan,” jelas Benix.
Kerugian proyek KCIC disebut sudah memukul harga saham BUMN yang terlibat. Saham Jasa Marga anjlok 37% dalam setahun, sementara saham Wijaya Karya bahkan terkena suspensi perdagangan. Ironisnya, di tengah kerugian itu, manajemen BUMN tetap membagikan bonus dan tantiem kepada direksi serta komisaris.
“Luar biasa. Saham nyungsep, perusahaan rugi, tapi direksinya masih dapat bonus. Akhlak nomor satu,” sindir Benix dengan nada sarkastis.
Meski kritis, Benix menyebut masih ada strategi agar KCIC tidak terus merugi. Ia menyarankan agar pendapatan tidak hanya bergantung pada tiket, tetapi juga dikembangkan melalui:
Kereta Whoosh Kemenhub
-Iklan dan sponsorship
-Pengembangan kawasan TOD (Transit Oriented Development)
-Pemanfaatan properti komersial di sekitar stasiun
Menurut Benix, langkah-langkah ini bisa membantu menambah pendapatan KCIC dan meringankan beban BUMN serta negara.