Sidak Dedi Mulyadi ke Pabrik Aqua, Bongkar Sumber Air Ternyata Bukan dari Pegunungan!
Kabar mengejutkan datang dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang baru-baru ini melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke salah satu pabrik Aqua di kawasan Subang, Jawa Barat.
Dalam kunjungan tersebut, Dedi mengungkap temuan yang cukup mengejutkan publik terkait sumber air mineral Aqua, yang selama ini dikenal luas sebagai air pegunungan alami.
Dalam video yang diunggah di kanal YouTube KANG DEDI MULYADI CHANNEL, Dedi Mulyadi terlihat meninjau langsung area produksi dan sumber air perusahaan tersebut.
Baca Juga: Sahara Paksa Dedi Mulyadi Lihat Video Senonoh Yai Mim, Gubenur Jabar Tegas Menolak!
Awalnya, ia mengira bahwa air Aqua berasal dari mata air pegunungan sebagaimana yang sering digambarkan dalam berbagai iklan dan kemasan produk.
Namun, hasil peninjauannya justru menunjukkan fakta berbeda.
Air yang digunakan ternyata berasal dari sumur bor dalam yang mengambil air bawah tanah, bukan dari mata air alami.
Dedi Mulyadi Youtube
Baca Juga: Dedi Mulyadi Tepati Janji, Gubernur Jabar Datangi Rumah Yai Mim yang Jadi TKP saat Cekcok dengan Sahara
“Ini sumur apa?," tanya KDM, dikutip dari kanal YouTube KDM, Rabu (22/10/2025).
"Sumur produksi pak," jawab salah satu staff.
"Ngambil airnya, air dari sungai?," tanya lagi Dedi Mulyadi. " Airnya dari bawah tanah," jawab lagi staff.
"Bukan air permukaan? Oke, air bawah tanahnya mengambil sumbernya dari? Dari dalam. Di bor, Pak. Ini di bor?” ujar Dedi saat meninjau lokasi tersebut.
Dedi Mulyadi mengaku cukup terkejut dengan fakta tersebut. Ia menyebut selama ini publik, termasuk dirinya, percaya bahwa air Aqua benar-benar berasal dari mata air pegunungan alami, sebagaimana klaim yang kerap muncul dalam promosi.
“Artinya di dalam pikiran saya bahwa ini dikira oleh saya airnya adalah air mata air. Karena namanya air pegunungan, kan? Yang satu air mata air, bukan? Yang 60 juga air bawah tanah. Berarti di bor,” ungkap Dedi dengan nada heran.
Fakta ini sontak menimbulkan pertanyaan besar: apakah penggunaan air bawah tanah dalam skala besar di kawasan pegunungan aman bagi lingkungan?
Dalam sidak tersebut, Dedi juga menyoroti potensi risiko pergeseran tanah dan bencana lingkungan akibat pengambilan air dari sumur bor dalam di wilayah pegunungan.
“Nggak akan ngefek pada pergeseran tanah? Ini kan airnya di bor. Dikira oleh saya air permukaan. Air permukaan itu air sungai atau air dari mata air. Oh, jadi ini bukan air mata air, ya? Tanah dalam. Berarti kategorinya sumur pompa dalam,”
tanya Dedi kepada pihak pabrik.
Menurut penjelasan pihak perusahaan, kedalaman sumur bor yang digunakan bervariasi antara 60 hingga lebih dari 130 meter di bawah permukaan tanah.
“Berapa kedalamannya? 132. Kalau yang sumur 4, ya? Ini 102. Terus satu lagi? Kalau yang sumur 2, 60 Pak,”
tanya Dedi dalam dialognya dengan pihak teknis pabrik.
Dedi kemudian menegaskan bahwa di wilayah pedataran, penggunaan air bawah tanah mungkin tidak terlalu berisiko. Namun, di daerah pegunungan seperti Subang, eksploitasi air bawah tanah bisa berdampak serius terhadap kestabilan tanah dan lingkungan sekitar.
Dedi Mulyadi Saat Sidak Pabrik Aqua Youtube
“Cuman air gunung nggak ambil bawah tanah apa nggak geser gitu tanahnya? Kalau daerah pedataran geser tanah nggak beresiko. Ini daerah pegunungan. Kalau ininya geser, bisa geser nggak? Kan saya mikir itu, gitu lho,” ujarnya.
Temuan ini sontak menjadi perbincangan hangat di media sosial. Pasalnya, selama ini Aqua dikenal dengan citra produk air mineral yang “murni dari pegunungan”, seperti yang kerap ditampilkan dalam iklan mereka, lengkap dengan visual aliran mata air jernih dan suasana alam yang asri.
Banyak netizen mengaku terkejut dan merasa tertipu, karena ternyata air yang mereka konsumsi bukan dari mata air alami, melainkan hasil pengeboran air tanah dalam.