Runtuhan Ponpes Al Khoziny Sudah Berbau Menyengat, Ibu Korban Nangis Minta Alat Berat Digerakkan

Seorang ibu menangis pilu, meratapi nasib anaknya yang masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur. Diketahui bangunan tersebut ambruk pada Senin (29/9/2025), saat para santri sedang salat berjamaah sekitar pukul 15.00 WIB.
Tiga hari menunggu di lokasi, beberapa orangtua masih belum mendapatkan kepastian mengenai kondisi anak-anaknya yang tertimbun bangunan. Salah satunya adalah Tutik, yang mengaku sudah pasrah dengan kondisi anaknya.
Dirinya sudah tiga hari berada di lokasi untuk melihat proses evakuasi yang hingga saat ini masih berjalan. Tutik mengatakan bahwa dirinya bahkan sudah mencium bau menyengat dari lokasi reruntuhan, yang diduga berasal dari jenazah korban.
Baca Juga: Meski Tertimbun Runtuhan Bangunan Musala, Haikal Tetap Salat Lima Waktu dengan Gerakan Mata
Ia pun meminta agar alat berat segera digerakkan untuk membantu proses evakuasi. Tutik pun memberikan pesan kepada Presiden Prabowo untuk segera memerintahkan tim SAR untuk menggunakan alat berat.
"Kita pihak keluarga sudah ikhlas, sudah pasrah, tiga hari menunggu. Sedangkan tadi di tempat kejadian itu sudah bau," ungkap Tutik, dikutip dari akun Instagram @rumpi_gosip.
"Untuk Bapak Presiden, saya minta tolong segera dieksekusi. Ini sudah tiga hari dan di tempat kejadian itu sudah bau nggak enak," tuturnya.
Baca Juga: Sedih! Santri Ponpes Al Khoziny Ditemukan Meninggal Saat Sujud di Bawah Runtuhan Bangunan
Ibu korban menangis minta diturunkan alat berat untuk evakuasi
Tutik pun mengaku sudah ikhlas dengan apapun kondisi anaknya ketika dievakuasi nanti. Ia hanya mendesak agar semua korban dapat segera dikeluarkan dari dalam puing-puing bangunan.
"Walapun nanti keluarnya, apa ya, nggak selamat nggak apa-apa. Intinya cepat dikeluarkan dari reruntuhan itu gitu loh. Soalnya baunya sudah nyengat banget," turunya dengan suara parau menahan tangis.
Diketahui Tim SAR gabungan baru menggunakan alat berat pada hari ketiga evakuasi. Sebelumnya, tim SAR melakukan proses evakuasi secara manual dan hati-hati.
Penggunaan alat berat belum dilakukan karena berpotensi menimbulkan getaran yang bisa mengubah struktur bangunan dan memperparah kondisi korban yang masih hidup di bawah reruntuhan. Tim penyelamat pun berupaya untuk mengejar golden time atau peluang 72 jam untuk menyelamatkan korban hidup.
Dengan berbagai metode yang digunakan, tim penyelamat kemudian menyatakan bahwa sudah tidak ada lagi tanda kehidupan dalam reruntuhan Ponpes Al Khoziny, untuk itu diputuskan penggunaan alat berat pada Kamis (2/10/2025) sore. Keputusan ini juga diambil setelah mendapatkan persetujuan dari para orangtua dan wali santri yang diduga masih tertimbun di dalam reruntuhan.
Tim SAR gabungan evakuasi korban ambruknya Ponpes Al Khoziny
Pihak keluarga menghendaki penggunaan alat berat, yang kemungkinan bisa mengganggu kondisi jenazah korban. Mereka pun ikhlas terkait apapun kondisi korban, asalkan mereka dapat cepat dievakuasi.
Sementara itu, dikutip dari ftnews, pada Jumat (3/10/2025), tim SAR gabungan kembali menemukan 4 jenazah. Jenazah kemudian dibawa ke RS Bhayangkara Surabaya untuk proses identifikasi.
Dengan temuan ini, total korban meninggal dari peristiwa ambruknya Ponpes Al Khoziny yang sudah ditemukan ada 9 orang. Sementara itu 54 korban masih dalam proses pencarian.