Nikita Willy Kritik Pemerintah Terkait Kasus Raya, Balita Meninggal dengan Tubuh Penuh Cacing
Gosip

Nikita Willy miris mendengar langsung kisah pilu Raya, bocah 3 tahun yang harus meregang nyawa akibat tubuh terinfeksi cacing.
Saat berbincang dengan Iin Achsien yang merupakan founder dari Rumah Teduh dan Peaceful Land, Niki mempertanyakan tugas para pemerintah yang sangat abai dengan masyarakat.
"Karena almarhumah Raya itu, banyak banget orang-orang yang mengkritik layanan kesehatan di Indonesia ini kan, teh. Karena kan ibunya ODGJ, bapaknya TBC, yang sebenarnya mereka tuh nggak capable buat membesarkan anak gitu loh," ungkap Niki di kanal YouTube-nya, Minggu (24/8).
Baca Juga: Mom, Ini 3 Tips Membentuk Anak Menjadi Bilingual seperti yang Dilakukan Nikita Willy
Ia melanjutkan, "Terus kemana aja pemerintah, terus layanan kesehatan. Nggak melirik, kurang sensitif."
Kekecewaan Niki ini pun ditanggapi serupa oleh Teh Iin. "Kurang peka, kurang mau berfikir jauh kalau menurut aku," katanya.
Baca Juga: Bisa Ditiru, Simak Kiat Sukses MPASI ala Nikita Willy
Teh Iin lantas menceritakan bagaimana respons dari salah satu petugas layanan kesehatan ketika menghadapi kondisi Raya.
"Gimana nggak kurang gemas kalai ngelihat para komentarnya yang bilang 'Ya kan mereka udah dikasih obat'. Obatnya dikasih doang ke ibu yang ODGJ. Emang bakal dikasihin? dari awal kita juga udah mikirin, ini anak tumbuh kembangnya nggak akan benar. Ibunya sakit, salah nggak? Ya nggak salah lah, namanya sakit jiwa. Terus kita yang paling normal, yang paling sehat di sekitar situ, ambil alih dong," tutur Teh Iin.
Niki kemudian bertanya bagaimana Teh Iin bisa bertemu dengan Raya dan pihak keluarga pada saat itu.
"Jadi Raya itu, tanggal 13 Juli kan kita evakuasi. Di pagi hari sebelum kita evakuasi, itu Raya udah dalam kondisi kritis. Katanya pagi-pagi itu dibawa naik motor sama kerabatnya ke klinik. Di klinik di infus satu labu, kondisinya tetap tidak membaik. Tahu nggak orang klinik menyarankan apa? 'Silahkan dibawa ke dokter anak'," jelas Teh Iin.
"Klinik melihat nggak kalau mereka tidak punya uang? Terus masih disuruh ke dokter anak. Ke dokter anak naik apa, bayarnya nanti gimana? Kenapa ya, nggak diambil alih aja sama orang klinik, saya bawa sendiri gitu? Aku nggak ngerti lagi sih, teh dimana kepekaan orang-orang ini tuh," sambungnya.
Sampai akhirnya salah satu kerabat Raya menghubungi pihak Rumah Teduh untuk meminta pertolongan.
"Kita pikir nggak separah itu, ternyata pas kita lihat saturasi sudah turun. Kita pasangin oksigen, langsung kita bawa ke rumah sakit," beber Teh Iin lebih lanjut.
Yang membuat Niki semakin tak habis pikir adalah ketika pihak Rumah Teduh masih harus disarankan memindahkan Raya yang semula berada di rumah sakit kota ke rumah sakit kabupaten.
Sedangkan kondisi Raya saat itu sudah sangat memprihatinkan dengan tubuhnya yang terlanjut dipasang alat-alat medis untuk menyambung hidupnya.
"Astaga. Lalu itu kepala desa, pihak puskesmas di sana tuh dievaluasi nggak sih, teh setelah kasus ini?" tanya Niki penasaran.
Teh Iin pun menjelaskan, "Dievaluasi teh, tapi ya bisa teteh lihat sendiri di mana-mana kan masing-masing akhirnya punya pembeelaan diri masing-masing lah gitu."
Kasus Raya yang sebenarnya adalah bagian kecil dari kasus-kasus masyarakat lainnya, membuat Niki semakin sedih melihat bangsa ini yang agaknya semakin bobrok.