Psikolog Bukan Cuma untuk Orang Dewasa, Anak Sarwendah Lagi Rutin Konsultasi

Thalia Putri Onsu, anak pasangan artis Ruben Onsud an Sarwendah rutin ke psikolog. Tapi nanti dulu, psikolog ini tentunya psikolog anak ya, Moms.

Sebagai ibu, Sarwendah merasa perlu Thalia yang kini berusia 8 tahun konsultasi ke psikolog. Pasalnya, dia sadar pemberitaan negatif yang datang bertubi-tubi cukup berdampak pada keluarga, termasuk si kecil.

Upaya Sarwendah rutin membawa Thalia ke psikolog anak sebagai upaya pencegahan kadung terkena imbas negatif dari pemberitaan yang ada.

Baca Juga: Dirumorkan Jalin Hubungan Terlarang, Sarwendah Kini Tampak Jaga Jarak dengan Betrand Peto

Sarwendah dan Ruben Onsu 

Sarwendah juga tak tahu apakah Thalia sudah membaca berita-berita negatif tentang keluarganya atau belum.

“Aku lebih baik mencegah , aku nggak tahu sih dia udah baca atau belum," kata Sarwendah, dalam sebuah acara televisi.

Baca Juga: Oplas di Korea, Sarwendah Ngerasa Pakai Duit Sendiri dan Gak Nyusahin Orang Lain

Pastinya, Thalia memang sudah bica membaca. Dia juga dapat mengakses bacaan di internet.

"Tapi karena aku tahu Thalia udah bisa baca dan dia bakal baca aku lebih baik (ajak) ke psikolog," ujar Sarwendah.

Sarwendah sangat peduli dengan kondisi mental anak-anaknya. Bahkan sebelum keluarganya diterpa gosip miring, Sarwendah sudah mengajak putri sulungnya berkonsultasi dengan psikolog.

Konsultasi ini dimulai ketika Sarwendah menyadari bahwa Thalia mengalami kritis atau kebingungan identitas. Hal ini terjadi setelah kelahiran adiknya, Thania, yang berdekatan dengan kehadiran Betrand Peto dalam keluarga mereka.

"Thalia ke psikolog karena awalnya dia anak tunggal, tiba-tiba punya adik," ujar Sarwendah.

Keluarga Sarwendah dan Ruben Onsu 

"Aku ingat betul, waktu itu masih di Singapura (saat melahirkan Thania), tiba-tiba ada Onyo (sapaan akrab Betrand Peto)," lanjut Sarwendah.

Akibatnya, Thalia kebingungan menghadapi situasi tersebut. Dia yang sebelumnya menjadi satu-satunya anak yang mendapatkan perhatian, kini harus berbagi kasih dengan keluarga baru.

"Jadi, dia merasa kehilangan jati diri 'aku bukan kakak, aku juga bukan adik', padahal tadinya satu-satunya, identitas dirinya sempat hilang, jadi psikolognya membantu menjelaskan," kata Sarwendah.