Panji Pragiwaksono Dituntut 50 Kerbau Buntut Sebut Orang Toraja Miskin Gegara Pesta Pemakaman
Dunia komedi Indonesia kembali menjadi sorotan. Kali ini, komika senior Pandji Pragiwaksono menghadapi gelombang protes keras setelah sebuah cuplikan video stand-up comedy-nya viral di media sosial.
Materi yang dibawakan Pandji dalam video tersebut dianggap menyinggung dan merendahkan masyarakat serta kebudayaan Toraja.
Sorotan utama tertuju pada dua poin spesifik dalam materi komedi Pandji. Pertama, ia diduga melontarkan pernyataan bahwa prosesi adat Rambu Solo' atau upacara kematian khas Toraja, menjadi penyebab banyak warga lokal jatuh miskin.
Baca Juga: Gaji DPR 75 Kali Lipat UMR, Pandji Pragiwaksono Sindir Telak: "Di Dalem Juga Nge-Blank!
Kedua, dan yang dianggap paling melukai, Pandji diduga menjadikan tradisi penyimpanan jenazah sebagai bahan candaan dengan menyebut jenazah diletakkan di ruang tamu atau bahkan di depan televisi.
Akibatnya, reaksi keras tidak hanya datang dari warganet, tetapi juga dari berbagai organisasi resmi masyarakat Toraja dan kalangan akademisi. Mereka menilai apa yang disampaikan Pandji bukanlah sekadar humor, melainkan sebuah bentuk penghinaan.
Baca Juga: Suara Lantang dari New York! Pandji Pragiwaksono dan Diaspora Serukan: Reset Indonesia
Salah satu suara kritis datang dari lingkungan akademik. Guru Besar Antropologi Universitas Hasanuddin (Unhas), Profesor Tasrifin Tahara, angkat bicara mengenai kontroversi ini.
Menurut Prof. Tasrifin, materi yang dibawakan Pandji telah melampaui batas kelakar dan masuk ke ranah pelecehan terhadap ekspresi budaya sebuah suku bangsa.
Ia menegaskan bahwa Pandji tampaknya tidak memiliki pemahaman yang mendalam mengenai filosofi di balik tradisi Toraja.
"Pandji perlu memahami lebih mendalam bagaimana ekspresi budaya orang Toraja," ujar Tasrifin, Senin (3/11/2025).
Tasrifin menjelaskan bahwa sebuah kebudayaan tidak dapat dipandang secara parsial atau sepotong-sepotong. Untuk memahaminya, diperlukan kacamata holistik yang mencakup dimensi sosial, ekonomi, politik, hingga spiritual masyarakatnya.
Dalam pandangan sang profesor, komika tersebut justru menunjukkan ketidaktahuan atas makna filosofis Rambu Solo', ritual yang menjadi identitas luhur masyarakat Toraja.
"Rambu Solo’ itu kebudayaan luhur dan agung, bahkan sudah diakui UNESCO. Jadi tidak pantas dijadikan bahan lelucon," tegasnya.
Secara lebih rinci, Tasrifin meluruskan bahwa Rambu Solo’ bukanlah sekadar pesta pora yang identik dengan kemewahan, melainkan sebuah upacara penghormatan terakhir yang sakral bagi keluarga yang telah meninggal dunia.
Kecaman tak kalah keras datang dari Perhimpunan Masyarakat Toraja Indonesia (PMTI) Makassar. Ketuanya, Amson Padolo, menyayangkan seorang tokoh publik berpendidikan seperti Pandji menjadikan adat istiadat sebagai lelucon.
Pandji Pragiwaksono [Youtube]
Amson secara spesifik membantah keras narasi yang dibangun Pandji dalam materi komedinya, terutama soal penyimpanan jenazah.
"Praktik menyimpan jenazah dalam tradisi Toraja tidak dilakukan sembarangan," ujar Amson, yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel.
Ia memaparkan, jika sebuah keluarga belum memiliki rencana atau kemampuan untuk menggelar Rambu Solo’, jenazah akan disemayamkan di ruang khusus yang telah disiapkan, bukan diletakkan di ruang tamu seperti yang dituding Pandji.
"Bagi masyarakat Toraja, Rambu Solo’ bukan pesta kemewahan, melainkan bentuk penghormatan terakhir," tegasnya. Ia menambahkan bahwa prosesi ini mencerminkan nilai luhur seperti kekerabatan, gotong royong, dan kasih sayang.
Menurut Amson, ritual ini adalah bentuk akulturasi antara ajaran leluhur Aluk Todolo dengan nilai-nilai kekristenan, di mana esensinya adalah rasa hormat dan cinta kasih, bukan kemewahan lahiriah.
Dari kalangan pemuda, Ketua Umum Pemuda Toraja Indonesia (PTI), Ayub Manuel Pongrekun, juga menyampaikan pernyataan sikap. Pihaknya mengecam materi Pandji yang dinilai melanggar hukum, adat, sekaligus norma agama.
Ayub menilai Pandji menunjukkan ketidakpekaan terhadap nilai spiritualitas dan tatanan adat Toraja, termasuk menyinggung ajaran kepercayaan Aluk Todolo.
"Kami menilai bahwa pernyataan semacam ini... dapat menimbulkan dampak negatif terhadap citra budaya dan pariwisata Toraja yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa," kata Ayub.
PTI pun mendesak Pandji Pragiwaksono untuk segera menyampaikan permintaan maaf secara terbuka melalui media nasional dan digital.
Seruan untuk permintaan maaf juga digaungkan oleh Ketua Umum Tokoh Adat Suku Toraja (TAST), Benyamin Rante Allo. Namun, Benyamin tidak berhenti di situ.
Pihaknya menegaskan bahwa candaan Pandji sudah masuk kategori pelanggaran adat yang serius. "Ini harga diri suku bangsa," tegasnya.
Pandji Pragiwaksono (Youtube)
Konsekuensinya, TAST menuntut Pandji untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya secara adat. Sanksi yang diutarakan pun tak main-main.
"Kalau sudah jelas ada pelanggaran adat begini ya ada sanksi adat sebagai konsekuensi. Jadi bisa jadi mungkin nanti didenda mungkin sampai 50 kerbau," ungkap Benyamin.
Tak hanya sanksi adat, TAST juga berencana menempuh langkah hukum formal dengan melayangkan somasi atau teguran hukum kepada Pandji.
Hingga berita ini diturunkan, kontroversi ini terus bergulir, menempatkan Pandji Pragiwaksono dalam desakan pertanggungjawaban dari berbagai penjuru masyarakat Toraja.