Padahal Sebelahan, Menkeu Purbaya dan Luhut Pandjaitan Tak Saling Tegur, Kenapa?
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa membantah adanya ketegangan pribadi dengan Luhut Binsar Pandjaitan, meskipun keduanya terlihat tidak saling menyapa dalam sebuah sidang kabinet di Istana Negara baru-baru ini.
Dalam video yang beredar di media sosial, terlihat deretan menteri kabinet Presiden Prabowo Subianto duduk di sebuah ruangan. Tampak sejumlah menteri tampak sedang bercakap-cakap satu sama lain.
Terlihat pula Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa duduk di ruangan tersebut. Berselang satu kursi dengannya, tampak Ketua Dewan Pembina Ekonomi Luhut Binsar Pandjaitan.
Namun, yang menjadi sorotan adalah tiadanya interaksi di antara keduanya meski bisa dibilang jarak duduk keduanya tak jauh.
Baca Juga: Fakta di Balik Rambut Acak-acakan Menkeu Purbaya yang Tolak Bayar Utang Kereta Cepat
Spekulasi mengenai adanya "sesuatu yang tidak beres" dalam komunikasi mereka pun menguat karena perbedaan pendapat mereka dalam sejumlah kebijakan strategis.
Namun, Purbaya menepis anggapan tersebut. Ia mengaku hubungannya dengan Luhut baik-baik saja.
"Saya tegaskan, hubungan saya dengan beliau baik-baik saja, tidak ada masalah pribadi," ujar Purbaya kepada awak media usai menghadiri rapat, Senin (6/1).
Baca Juga: Viral Haji Her 'Sultan Madura' Tajir Melintir, Menkeu Purbaya Ditantang Audit Hartanya
Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa. [TikTok]
Ia menjelaskan bahwa tidak adanya sapa-menyapa semata dikarenakan posisi duduk mereka yang berjauhan.
Laporan media sebelumnya mengindikasikan bahwa ketidaksepahaman kebijakan menjadi akar ketegasan ini. Dua isu utama yang disebut-sebut menjadi titik perbedaan adalah pembiayaan proyek kereta cepat Whoosh dan pendirian kantor keluarga.
Menteri Keuangan secara tegas menolak usulan agar utang proyek Whoosh menjadi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Menurut Purbaya, tanggung jawab pembayaran utang tersebut seharusnya tetap berada di bawah Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia.
Luhut Pandjaitan dan Zulkifli Hasan. [TikTok]
Selain itu, Purbaya juga menolak penggunaan dana APBN untuk pembangunan family office, sebuah inisiatif yang digagas Luhut pada masa pemerintahan sebelumnya.
Purbaya Yudhi Sadewa, yang menjabat sebagai Menteri Keuangan sejak September 2025, dikenal dengan pendekatan kebijakan fiskal yang agresif, termasuk intervensi likuiditas. Salah satu kebijakan pertamanya adalah merelokasi dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) senilai Rp 200 triliun dari Bank Indonesia ke bank-bank milik negara.
Kebijakan ini, yang disebut-sebut pasar sebagai "Efek Purbaya", telah memicu reaksi beragam. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mengalami pelemahan di awal masa jabatannya, namun kemudian berbalik menguat dan bahkan mencetak rekor tertinggi baru.
Analis pasar melihat langkah ini sebagai sinyal komitmen pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, di sisi lain, beberapa pihak mengingatkan potensi risiko inflasi dan moral hazard di sektor perbankan, serta efektivitas stimulus jika permintaan kredit secara fundamental masih lemah.