Ida Yulidina Ancam Ceraikan Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa Gegara Baru Sebulan Sudah Nyerah
Gosip

Menteri Keuangan Republik Indonesia, Purbaya Yudhi Sadewa, dikenal sebagai sosok yang cerdas dan tangguh dalam memegang tampuk ekonomi negara.
Namun, di balik kesuksesannya, tersimpan sebuah cerita perjuangan pahit yang nyaris merenggut kebahagiaan rumah tangganya. Kisah ini terjadi puluhan tahun lalu, ketika Purbaya dan istrinya, Ida Yulidina, harus berjuang menghadapi tantangan kuliah S2 di Universitas Purdue, Indiana, Amerika Serikat.
Sebagai lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB)—kampus yang melahirkan banyak pemikir brilian—Purbaya mengaku sempat bersikap sombong dan menganggap enteng ilmu ekonomi.
Baca Juga: Biasa Makan di Pinggir Jalan, Seperti Apa Sosok Menkeu Purbaya Pengganti Sri Mulyani?
Baginya, yang terpenting adalah masuk ke kampus ternama, lalu semua ilmu pasti bisa dikuasai. Namun, kenyataan justru berkata lain.
Dalam sebuah wawancara, Purbaya bercerita dengan jujur tentang pengalamannya:
“Kalau di Indonesia paling gampang ekonomi, ternyata salah, itu susah sekali ternyata. Satu bulan sekolah saya hampir menyerah, karena saya baca tiap hari nggak ngerti-ngerti," ujar Purbaya.
Baca Juga: Demi Redakan Stres, Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa Doyan Nonton Ini Sampai Ditegur Istri
Dia mengakui bahwa selama satu hingga dua bulan pertama, dirinya benar-benar tidak memahami materi perkuliahan. Padahal, sebagai lulusan ITB, Purbaya merasa dirinya termasuk orang yang pintar dan mampu mempelajari segala hal. Kenyataan bahwa dia tidak kunjung paham membuatnya frustrasi dan hampir putus asa.
Menkeu Purbaya dan istrinya, Ida Yulidina
Dalam kondisi hampir menyerah, Purbaya akhirnya menghadap istrinya, Ida Yulidina, dan mengungkapkan keinginannya untuk pulang ke Indonesia sebelum semester berakhir.
“Setelah itu saya ngadep dia, saya bilang ini susah, akhir semester ini kita pulang ya, dia bilang ‘iya kita pulang Indonesia, sampai Indonesia, kamu saya cerai’," kisahnya.
Kata-kata sang istri bukan sekadar ancaman, melainkan bentuk ketegasan untuk mendorong Purbaya tetap bertahan. Ancaman cerai itu justru menjadi pencerahan bagi Purbaya. Dia menyadari bahwa jika menyerah, kerugian yang akan dialaminya sangat besar: sudah keluar dari pekerjaan, menghabiskan uang, dan yang paling berharga—kehilangan istri yang dicintainya.
“Jadi habis itu saya takut ya, kalau saya dicerai kan rugi, udah keluar kerja, duit kepakai, istri hilang pula, habislah saya," ujarnya.
Dari situlah, Purbaya bangkit. Dia meminta dukungan penuh dari istrinya untuk terus belajar tanpa henti hingga selesai. Ida tidak hanya menjadi pendamping, tetapi juga penyemangat yang terus mendorongnya untuk tidak menyerah.
“Jadi saya belajar lagi, saya hanya bilang ke dia, kamu dukung saya belajar terus, saya akan belajar, sampai selesai," kisahnya.
Perjuangan itu akhirnya membuahkan hasil. Purbaya berhasil menyelesaikan studinya dan kembali ke Indonesia dengan membawa ilmu serta pengalaman berharga. Kisah ini menjadi bukti bahwa di balik kesuksesan seorang suami, seringkali ada peran besar seorang istri yang tegas dan supportive.
Menkeu Purbaya dan istrinya, Ida Yulidina
Refleksi Purbaya atas pengalaman pahit manis itu sangat dalam:
“Ternyata betul, kita nggak bisa jalan sendiri, harus ada pendukung," tutupnya.
Kisah ini tidak hanya sekadar cerita suami-istri, tetapi juga pelajaran tentang komitmen, keteguhan, dan pentingnya memiliki pasangan hidup yang mampu menjadi penyemangat di saat-saat terlemah.
Ancaman cerai yang dulu dilontarkan Ida bukanlah niat untuk berpisah, melainkan sebuah strategi “kejut” untuk menyelamatkan masa depan mereka berdua.