Gosip
Dokter Tan Shot Yen Geregetan, Edaran BGN Sarankan UPF Produk Lokal

Diketahui belakangan ini dokter sekaligus ahli gizi Tan Shot Yen gencar mengkritik program makan bergizi gratis (MBG). Pasalnya program pemerintah ini dinilai masih memiliki banyak masalah dalam pelaksanaannya.
Permasalahan muncul mulai dari sistem pengolahan dapur, proses pengiriman, standar kebersihan dan keamanan pangan yang tidak terjamin, hingga menu makanan yang jauh dari nilai standar gizi. Parahnya, permasalahan ini bahkan menimbulkan bencana, yakni kasus keracunan pada anak-anak.
Dokter Tan pun sempat menyampaikan sejumlah kritik tajam terkait program MBG tersebut dalam rapat bersama Komisi XI DPR RI pada 22 September 2025 lalu. Salah satu poin utama dalam kritiknya saat itu adalah mengenai penggunaan produk ultra-processed food (UPF) dalam menu MBG.
Baca Juga: Gaya Parenting Deddy Corbuzier ke Azka Tuai Pro Kontra
Dengan bahasa yang lugas, dr Tan meminta agar penggunaan produk UPF ini dihentikan dan digantikan dengan produk pangan lokal. Selain tak memiliki kandungan gizi, produk UPF juga seringkali berbahaya karena adanya bahan tambahan seperti gula, garam, penguat rasa, perisa, hingga pewarna.
Menurut dr Tan, menu MBG sebaiknya menggunakan bahan-bahan pangan lokal yang tersedia di masing-masing daerah, seperti misalnya ikan kuah asam, kapurung, dan lain sebagainya. Bukan justru menyajikan olahan siap saji seperti nugget, spageti dan burger.
Selain itu, dengan mengutamakan bahan pangan lokal, program ini sekaligus bisa membantu para petani, nelayan dan UMKM daerah setempat. Sehingga semua orang dapat menerima manfaat dari program MBG ini.
Baca Juga: Livy Renata Sindir Fetish Deddy Corbuzier Nanyain Keperawanan usai Viral MBG
Namun baru-baru ini, muncul surat edaran dari Badan Gizi Nasional (BGN) tentang Ketentuan Mengutamakan Penggunaan Produk Lokal dalam Program MBG. BGN menyebut bahwa surat edaran tersebut dibuat untuk merespons masukan dan pendapat dari DPR, pengamat dan masyarakat mengenai penggunaan bahan UPF.
Unggahan dr Tan tentang bahaya UPF
Dalam ketentuannya, BGN menulis tiga buah poin, antara lain:
1. Penggunaan produk (biskuit, roti, sereal, sosis, nugget, dll) mengutamakan produk lokal, kecuali susu di wilayah yang belum memiliki peternakan lokal, dengan tidak terbatas pada satu merek.
2. Roti dan pangan sejenis mengutamakan dipasok dari UMKM atau produk lokal setempat.
3. Olahan daging (sosis, nugget, burger, dll) menggunakan produk lokal atau dari UMKM yang memiliki sertifikasi halal, SNI, terdaftar BPOM, serta masa edar maksimal 1 minggu dari tanggal edar.
Surat edaran tersebut ditandatangani oleh Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola, Dr. Ir. Tigor Pangaribuan, M.M., MBA. Surat ini kemudian diunggah oleh dr. Tan dalam akun media sosial Instagramnya, @drtanshotyen.
Edaran BGN tentang penggunaan produk UPF
Dokter Tan tampak menggarisbawahi poin-poin mengenai produk olahan seperti biskuit, sosis, nugget burger, dan lain-lain, yang diimbau agar mengutamakan produk lokal. Ia pun terlihat geregetan karena BGN menyarankan penggunaan bahan produk olahan atau UPF lokal, bukan bahan segar dari wilayah setempat.
"Silahkan kalian nilai sendiri," tulisnya.
Usai tanggapi surat edaran dari BGN mengenai penggunaan UPF dalam menu MBG, dr Tan mengunggah artikel terkait bahaya produk UPF. Menurut artikel tersebut, produk UPF antara lain meliputi produk massal industri seperti roti, sereal, biskuit, selai, dan lain sebagainya.
Produk UPF juga biasanya memiliki zat-zat tambahan seperti gula, garam, lemak, perisa, penguat rasa, yang disukai oleh lidah. Selain itu, UPF dibuat untuk menyerupai keaslian bahan alami.
Menurut dr Tan, sangat disayangkan bahwa negara Indonesia yang memiliki kekayaan pangan alami beragam, justru dipersempit dengan penggunaan produk UPF. Hal ini menurutnya adalah bentuk kemunduran, bukan kemajuan.
"Jadi negara maju, harus punya pikiran maju. Tanah air kita KAYA PANGAN UTUH, OLAH JADI MENU NUSANTARA! Cukup sudah penjajahan buruk untuk dikenang dan tak perlu diulang," tulisnya.