Besok, Eyang Titiek Puspa Dimakamkan di Tanah Kusir Blok AA
Gosip

Dengan suara yang bergetar menahan pilu, Petty Tunjungsari—putri sulung dari maestro seni Indonesia, Titiek Puspa—mengabarkan bahwa sang bunda tercinta akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Pemakaman dijadwalkan berlangsung pada Jumat, 10 April 2025, usai salat Jumat, dari rumah duka di kawasan Pancoran.
“Besok dimakamkan di TPU Tanah Kusir setelah zuhur, di blok AA1,” tutur Petty lirih, menyapa para wartawan yang hadir di rumah duka dengan tatapan yang masih menyimpan bayang-bayang duka.
Kabar kepergian Ibu Titiek Puspa memang telah mengguncang hati banyak orang. Dunia hiburan Indonesia berkabung. Seorang bintang yang telah bersinar selama lebih dari setengah abad, kini telah menyelesaikan tugasnya di panggung dunia. Titiek Puspa berpulang dalam usia 87 tahun setelah sebelumnya menjalani perawatan intensif sejak 26 Maret akibat pendarahan di otak sebelah kiri.
Baca Juga: Andre Taulany Ungkap Momen Sebelum Titiek Puspa Drop Hingga Akhirnya Meninggal
Titiek Puspa bersama Mus Maulim, suami keduanya. [Instagram]
Hari-hari terakhir beliau di dunia ini diwarnai kesibukan seperti biasa—profesional dan penuh semangat. Usai syuting program Lapor Pak di stasiun televisi Trans TV, Titiek dilarikan ke RS Medistra, Jakarta Selatan. Meski tubuhnya tak lagi muda, semangatnya tetap membara, seolah tak pernah pudar oleh usia.
“Terima kasih kami ucapkan kepada pihak Trans TV yang sudah mengantarkan Eyang Titiek ke Medistra,” ujar Petty dengan mata berkaca-kaca. Ucapan itu terasa berat namun penuh ketulusan, sebagai bentuk syukur atas upaya terbaik yang telah diberikan untuk sang ibunda tercinta.
Kini, jenazah Titiek Puspa disemayamkan di Wisma Puspa, kediamannya di Jalan Pancoran Timur Raya. Rumah itu kini diselimuti nuansa duka yang mendalam. Tenda putih berdiri di pelataran, menjadi saksi bisu kepergian seorang tokoh besar. Para pelayat mulai berdatangan satu per satu—dari kalangan pejabat, selebritas, kerabat, hingga sahabat-sahabat lama yang mengenang beliau dengan mata yang sembab dan hati yang berat.
Baca Juga: Inul Daratista Posting Foto Bareng Titiek Puspa, Netizen Ingatkan Kebaikan Eyang
Dua perempuan berhijab terlihat duduk di ambang pintu, menyambut para tamu yang datang mengiringi perpisahan terakhir dengan air mata dan doa.
Titiek Puspa bersama Andre Taulany.
Kabar duka itu pertama kali disampaikan oleh sang manajer, Mia, melalui sambungan telepon yang singkat namun mengguncang hati.
“Iya, sekitar 15 menit yang lalu,” ucap Mia pelan, nyaris tak terdengar, seperti tak ingin mengucapkannya dengan lantang.
Dan di sinilah kita kini, mengenang sosok luar biasa bernama Titiek Puspa. Bukan sekadar penyanyi, bukan sekadar pencipta lagu—ia adalah legenda hidup yang telah memberi warna dalam lembaran sejarah musik Indonesia. Perjalanannya dimulai sejak 1963 lewat album debut bertajuk Si Hitam dan Pita. Lagu-lagu dalam album itu—seperti "Si Hitam", "Tinggalkan", dan "Aku dan Asmara"—menjadi suara dari masa itu, lagu-lagu yang tak sekadar menghibur, tetapi menyentuh dan menguatkan.
Album legendaris Doa Ibu juga menjadi saksi bisu betapa dalam kasih seorang Titiek kepada kehidupan, pada negeri ini, dan tentu saja pada keluarga. Lagu-lagu seperti "Minah Gadis Dusun" dan "Pantang Mundur" terus hidup dalam ingatan, seolah tak pernah tua dimakan waktu.
Tahukah kita bahwa nama "Titiek Puspa" sendiri adalah hadiah dari seorang presiden besar—Ir. Soekarno—yang memberinya nama itu pada era 1950-an? Sebuah nama yang kini abadi, menyejukkan seperti bunga yang mekar dalam hati jutaan orang.
Penyanyi legendaris Titiek Puspa. [YouTube]
Sebelum akhirnya memilih menjadi solois, beliau sempat bergabung dalam Orkes Studio Jakarta, dan baru pada tahun 1962 memutuskan melangkah sendiri—suatu keputusan yang mengantarkannya menuju takdir sebagai legenda.
Memasuki era 1990-an, Titiek Puspa kembali hadir membawakan lagu "Menabung" dan "Aku Suka Musik" bersama dua penyanyi cilik, Saskia dan Geofanny. Lagu-lagu itu menjadi bagian dari kenangan masa kecil banyak orang—pesan moral dalam irama yang ringan dan menyenangkan, seperti pelukan hangat seorang nenek kepada cucunya.
Tahun 2014, beliau tak henti menabur cinta lewat pembentukan grup vokal Duta Cinta, berisi 10 anak dari latar belakang etnis yang beragam. Anak-anak itu, dengan senyum dan semangatnya, tampil dalam program anak-anak Pesta Sahabat, membawa pesan toleransi dan kasih sayang. Di tahun 2018 dan bahkan hingga 2019, beliau masih aktif berkarya dalam drama musikal anak di RTV, membuktikan bahwa semangatnya tak pernah lelah untuk berbagi.
Kini, setelah perjalanan panjang penuh cahaya itu, beliau akhirnya beristirahat. Namun lagu-lagu Titiek Puspa tak akan pernah sunyi. Ia akan tetap mengalun, dalam hati, dalam kenangan, dalam bisikan doa, dan dalam tangis haru setiap orang yang pernah disentuh oleh karyanya.
Selamat jalan, Ibu Titiek. Indonesia kehilangan sebutir bintang, tetapi langit kita akan tetap bercahaya oleh nyanyianmu. Semoga damai menyertai di peristirahatan terakhirmu, dan cinta kami akan terus menyelimuti, sampai kapan pun juga.