Psikolog Lita Gading Sebut Puan Maharani Pesta Miras Bareng Ibu-Ibu Konglomerat: Ada Pesta Miras Nih!
Gosip

Video terbaru yang diunggah psikolog Dr. Lita Gading lewat akun Instagram @lita.gading kembali menarik perhatian publik.
Tayangan berdurasi sekitar dua menit itu ramai diperbincangkan karena secara terang-terangan menyebut Ketua DPR RI, Puan Maharani, dalam kaitannya dengan isu pesta minuman keras yang diduga dihadiri sejumlah istri konglomerat.
Sejak awal video, Lita langsung mengeluarkan pernyataan yang cukup mengejutkan.
Baca Juga: Klarifikasi dr. Richard Lee Dinilai Kontradiktif, Ini Buktinya
“Ada pesta miras (minuman keras-red) nih, itu dilakukan oleh ibu-ibu konglomerat. Salah satunya ketua DPR guys, di sana Puan Maharani,” ujarnya.
Ucapan tersebut kemudian menjadi sorotan utama dari kritik yang ia sampaikan. Namun sayang, dr Lita Gading tidak menyertakan bukti terkait ibu-ibu konglomerat maupun Puan Maharani yang disebutnya itu.
Baca Juga: Fuji Ngaku Idap ADHD, Psikolog Lita Gading Gak Percaya
Puan Maharani
Menurut Lita, seorang pejabat publik tak bisa melepaskan diri dari sorotan masyarakat, bahkan jika perilakunya dilakukan dalam ranah pribadi.
“Kehidupan pribadi Anda itu langsung terungkap ke publik. Apapun yang dilakukan Anda itu secara pribadi, karena Anda sedang memegang jabatan publik, maka secara tidak langsung perilaku Anda menyeluruh,” tegasnya.
Ia menolak anggapan bahwa hal itu dapat dibenarkan dengan alasan hak asasi manusia.
“Jangan dibilang hak asasi dong, tidak begitu. Hak asasi itu buat orang-orang yang memang tidak mempunyai hubungan pekerjaan dengan ranah publik,” tambahnya.
Lita Gading
Dalam kesempatan itu, Lita juga mendesak agar Puan Maharani melakukan refleksi diri sebagai pejabat negara.
“Dan sebagai pejabat publik, sebaiknya introspeksi diri. Dan sudah cukup lah kepemimpinan Anda ya, lebih baik mundur saja,” ucapnya.
Tak berhenti pada isu pesta miras, Lita turut menyinggung kinerja DPR secara umum. Ia menilai lembaga tersebut sering menghabiskan energi untuk perkara yang tidak mendesak, sementara kebutuhan masyarakat justru kerap terabaikan.