Link Full Video Andini Permata Viral, Andini Permata Muncul Minta Maaf: Mohon Dihapus
Gosip

Andini Permata akhirnya muncul usai link full video Andini Permata viral di media sosial. Beredar video doiduga Andini Permata menyampaikan klarifikasi lengkap mengenai video yang beredar.
Ia tak membantah kalau dua orang dalam video viral tersebut adalah dirinya dan sang adik. Selanjutnya, Andini meminta public tak menyebarkan video tersebut dang menghapusnya.
"Saya selaku Andini Permata ingin mengklarifikasi video saya dan adik saya yang sedang viral di TikTok. Video itu merupakan video lama saya saat masih sekolah. Untuk kalian tolong jangan sebarkan lagi video saya dan adik saya dan mohon dihapus. Saya tidak akan mengulangi kesalahn aya lagi," kata diduga Andini Permata dalam video klarifikasi yang beredar di TikTok.
Baca Juga: Terkuak? Video Diduga Andini Permata dan Bocah SD Gegerkan Media Sosial
Sebelumnya, ekosistem digital Tanah Air kembali diguncang oleh kemunculan mendadak sebuah entitas bernama Andini Permata yang viral lintas platform—dari TikTok, X (sebelumnya Twitter), hingga kanal-kanal Telegram berisiko tinggi.
Namun, di balik ledakan trafik dan engagement yang dihasilkan, tak ada satu pun metadata terverifikasi yang bisa mengautentikasi eksistensi individu bernama Andini Permata. Tidak ditemukan digital footprint berupa akun resmi, badge verifikasi platform, atau konfirmasi dari entitas kredibel yang bisa mengafirmasi bahwa nama tersebut mewakili figur nyata di dunia nyata.
Banyak analis digital menyimpulkan bahwa Andini Permata sangat mungkin adalah sebuah konstruksi identitas digital artifisial—alias akun sock puppet—yang sengaja diciptakan untuk memanipulasi algoritma viralisasi, men-trigger rasa penasaran kolektif, dan mengeksploitasi dinamika traffic sosial media demi monetisasi.
Baca Juga: Link Video Andini Permata dan Bocil Bikin Resah, Ramai di TikTok dan X
Pusat dari anomali ini berasal dari sebuah konten video berdurasi 2 menit 31 detik yang dikompresi dan disegmentasi oleh akun-akun third party, lalu disebarkan masif di berbagai node media sosial. Video tersebut memperlihatkan seorang perempuan dewasa berpakaian santai (tank top putih dan daster) sedang berjoget bersama seorang anak laki-laki, yang secara visual tampak masih berusia sekolah dasar.
Ekspresi non-verbal anak dalam footage tersebut memicu berbagai interpretasi di ranah publik, mulai dari kekhawatiran etis hingga dugaan eksploitasi. Beberapa pengguna bahkan mengklaim bahwa terdapat versi extended video dengan konten lebih eksplisit, walau hingga kini belum ada digital evidence yang bisa divalidasi secara forensik.
Lonjakan keyword “link full video Andini Permata” tercatat sebagai salah satu pencarian trending, yang kemudian dimanfaatkan oleh aktor-aktor jahat siber. Banyak pengguna yang dialihkan ke:
Phishing sites yang menyaru sebagai portal streaming
Scam landing pages yang meminta input data sensitif (KTP, nomor HP, OTP, dsb.)
Telegram groups non-resmi dengan konten berisiko tinggi
Malware traps yang menyusupkan ransomware, spyware, atau trojan ke perangkat korban
Pakar keamanan siber mengonfirmasi bahwa sebagian besar link tersebut hanyalah honeypot untuk mengeksploitasi user dengan keamanan rendah dan tingkat literasi digital yang minim.
Distribusi, akses, atau bahkan engagement pasif terhadap konten bermuatan eksploitasi anak di bawah umur masuk dalam kategori pelanggaran berat menurut Undang-Undang ITE dan UU Perlindungan Anak di Indonesia.
Beberapa pasal krusial yang relevan:
Larangan penyebaran konten eksploitasi anak
Pemrosesan, distribusi, dan penyimpanan konten pornografi atau tak pantas
Akses terhadap data visual tanpa izin dan sumber otentik
Kasus Andini Permata adalah preseden digital yang menegaskan pentingnya literasi siber di era algoritmik. Jangan mudah terpancing clickbait, verifikasi setiap tautan, dan pastikan setiap interaksi digital Anda tidak melanggar norma hukum maupun etika.
Sebagai pengguna internet yang cerdas, penting untuk mengaktifkan zero trust mindset saat berselancar, dan menghindari konten yang tidak jelas kredibilitas sumbernya. Dunia maya tak sekadar ruang hiburan, tapi juga medan risiko yang menuntut kehati-hatian maksimal.