Sekampus dengan Menkeu Purbaya, Ini Biodata dan Agama Rahayu Saraswati yang Mundur dari DPR
Gosip

Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, seorang nama yang tidak asing dalam peta politik Indonesia, resmi mengundurkan diri dari keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI untuk periode 2024–2029.
Pengunduran diri politisi Partai Gerindra dan aktivis perempuan ini menandai sebuah babak baru dalam kariernya yang penuh dinamika.
Pengunduran Diri yang Menggegerkan
Baca Juga: Cucu Bung Hatta Kritik Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Pernyataan Gustika Jusuf
Keputusan untuk mundur diumumkan pada 9 September 2025. Pengunduran diri ini diperkuat dengan sebuah video klarifikasi yang dirilis sehari kemudian, pada 10 September 2025.
Langkah ini dipicu oleh pernyataan kontroversial yang diucapkan Rahayu dalam sebuah podcast pada Februari 2025 silam.
Ucapannya kala itu dinilai banyak pihak, khususnya generasi muda, menyinggung dan meremehkan perjuangan mereka yang tengah menghadapi kesulitan ekonomi dan sosial. Kritik dan kecaman luas membanjiri media sosial, menuntut pertanggungjawaban.
Baca Juga: Publik Diplomasi: Negara Beri Bukti, Masyarakat Terima Hasil
Dalam video klarifikasinya, Rahayu menegaskan bahwa dirinya tidak pernah bermaksud untuk merendahkan perjuangan masyarakat.
Dengan penuh penyesalan, ia menyampaikan permohonan maaf terbuka kepada semua pihak yang merasa tersakiti. Ia juga mengakui bahwa telah terjadi kesalahan dalam cara penyampaian (delivery) pesannya, meski mungkin maksudnya berbeda.
Biodata dan Perjalanan Karier
Rahayu Saraswati. (Instagram)
Rahayu Saraswati Dhirakarya Djojohadikusumo lahir pada 27 Januari 1986. Ia adalah putri dari pasangan pengusaha Hashim Djojohadikusumo dan Anie Hashim.
Rahayu adalah seorang figur multitalenta yang telah menjelajahi berbagai bidang, mulai dari aktivisme, politik, hingga dunia hiburan sebagai aktris dan presenter.
Pendidikannya ditempuh di dua universitas ternama di Amerika Serikat, yakni Universitas Purdue dan Universitas Virginia. Diketahui, Universitas Purdue adalah almamater dari Menteri Keuangan RI yang baru, Purbaya Yudhi Sadewa.
Karier politiknya di legislatif dimulai dengan terpilih sebagai anggota DPR RI untuk periode 2014–2019 dari Partai Gerindra. Selama masa jabatannya, ia aktif memperjuangkan isu-isu hak-hak perempuan dan anak, serta menjadi vokal dalam upaya pemberantasan perdagangan manusia (trafficking).
Dinamika Politik Pasca-2019
Setelah gagal mempertahankan kursinya pada Pemilu 2019, karier politiknya tidak surut. Ia diangkat oleh pamannya, Prabowo Subianto yang kala itu menjabat Menteri Pertahanan, untuk menduduki posisi Wakil Ketua Partai Gerindra untuk periode 2020–2025.
Pada 2020, ia mencoba peruntungan di politik lokal dengan maju sebagai calon Wakil Wali Kota Tangerang Selatan, mendampingi calon dari PDI-P, Muhamad. Namun, pasangan ini dikalahkan oleh incumbent, Benyamin Davnie. Ketekunannya akhirnya berbuah pada Pemilu 2024, di mana ia berhasil memenangkan pemilihan dan meraih masa jabatan kedua di DPR, mewakili Dapil 3 Jakarta.
Tantangan dan Kontroversi
Rahayu Saraswati. (Instagram)
Sebagai figur publik, Rahayu tidak lepas dari berbagai tantangan dan kontroversi. Ia pernah menjadi sasaran ejekan misoginis di dunia maya setelah sebuah foto dirinya yang menunjukkan perut hamil yang diunggah pada 2015 muncul dan digunakan untuk menyerangnya secara politis.
Atas kejadian tersebut, ia menyatakan kebingungan dan kesedihannya, terutama setelah mendengarnya dari rekan sejawatnya, Tsamara Amany. Ia merasa foto pribadi yang penuh kebahagiaan itu disalahgunakan untuk kepentingan merusak namanya.
Latar Belakang Keluarga
Rahayu Saraswati berasal dari keluarga politisi terpandang. Nama belakang Djojohadikusumo diambil dari kakek buyutnya, Raden Mas Margono Djojohadikusumo, yang merupakan pendiri Bank Negara Indonesia (BNI). Pamannya, Prabowo Subianto, adalah Presiden ke-8 Republik Indonesia.
Rahayu Saraswati adalah seorang Kristiani dan ia menikah dengan Harwendro Aditya Dewanto pada tahun 2014 dan dikaruniai dua orang putra, Narendra dan Wira.
Pengunduran diri Rahayu Saraswati dari DPR menjadi sebuah momen refleksi baik bagi dirinya pribadi maupun bagi dunia politik Indonesia secara luas, tentang betapa sensitif dan bertanggung jawabnya seorang publik figur dalam menyampaikan setiap pernyataan.