Gosip

Profil Pakubuwono XIII, Raja Keraton Surakarta, Solo Wafat di Usia 77 Tahun

02 November 2025 | 14:45 WIB
Profil Pakubuwono XIII, Raja Keraton Surakarta, Solo Wafat di Usia 77 Tahun
Sinuhun Pakubuwono (PB) XIII meninggal pada 2 November 2025. [TikTok]

Kabar duka menyelimuti Keraton Surakarta Hadiningrat setelah Raja Solo, Sinuhun Pakubuwono (PB) XIII, meninggal dunia pada Minggu (2/11/2025) pagi. Beliau wafat pada usia 77 tahun di RS Indriati Solo Baru setelah menjalani perawatan intensif akibat penurunan kondisi kesehatan sejak September lalu.

rb-1

Kepergian pemimpin tertinggi Kasunanan Surakarta ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga besar keraton dan masyarakat Solo. Kabar meninggalnya PB XIII dikonfirmasi langsung oleh kuasa hukumnya, KPAA Ferry Firman Nurwahyu Pradotodiningrat.

Ferry mengungkap bahwa sang raja telah dirawat di rumah sakit sejak 20 September 2025 sebelum akhirnya tutup usia. Bahkan, pihak keraton sebenarnya menyiapkan konferensi pers pagi ini untuk mengumumkan informasi resmi mengenai kondisi kesehatan PB XIII.

Baca Juga: Biodata Haryo Purboyo Pengganti Pakubowono XIII, Pernah Viral di Kasus Pajero Putih

rb-2

Sinuhun Pakubuwono XIII memiliki nama kecil GRM Suryadi, yang kemudian diganti menjadi GRM Suryo Partono sesuai petuah leluhur karena kondisi kesehatannya di masa kecil.

Beliau lahir di Surakarta pada 28 Juni 1948 sebagai putra tertua dari PB XII. Dalam tradisi Kasunanan Surakarta, statusnya sebagai putra sulung menjadikannya calon kuat pewaris takhta.

Baca Juga: Mbak Rara Bantu Kendalikan Cuaca di Pemakaman Raja Keraton Surakarta Pakubuwono XIII

Sejak muda, Hangabehi telah dipersiapkan untuk melanjutkan kepemimpinan keraton. Pada 1979, sesuai paugeran adat, ia ditetapkan menyandang gelar Kangjeng Gusti Pangeran Harya (KGPH) Hangabehi sebagai pangeran tertua.

 

PB XIII resmi naik takhta pada 10 September 2004, menggantikan PB XII yang memimpin selama hampir enam dekade. Namun awal masa kepemimpinannya sempat diwarnai dualisme kepemimpinan akibat klaim takhta oleh adiknya, KGPH Tejowulan.

Konflik “raja kembar” itu berlangsung hingga 2012, sebelum rekonsiliasi tercapai dan Hangabehi diakui sebagai Pakubuwono XIII.

Kehidupan Pribadi Pakubuwono XIII

Dalam kehidupan pribadi, PB XIII menikah dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pakubuwono, yang setia mendampinginya dalam urusan adat dan kegiatan keraton.

Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai seorang putra, GRM Suryo Aryo Mustiko atau KGPH Purbaya. Keluarga kecil ini dikenal menjaga nilai-nilai tradisi dengan penuh kedisiplinan dan keteladanan.

Sebelum sepenuhnya mengabdikan diri pada keraton, PB XIII pernah bekerja di Caltex Pacific Indonesia di Riau sebelum kemudian menetap di Jakarta. Beliau dikenal memiliki pribadi sederhana, dekat dengan masyarakat, serta menyukai musik, terutama bermain keyboard.

Sebagai raja, Pakubuwono XIII dikenal sangat menjunjung tinggi pelestarian budaya Jawa gagrag Surakarta. Di bawah kepemimpinannya, keraton rutin menyelenggarakan upacara adat seperti Sekaten, Grebeg, Kirab 1 Sura, dan Tingalan Jumenengan Dalem.

Interaksi PB XIII dengan pemerintah dan berbagai kesultanan lain juga terbangun dengan sangat baik. Beliau kerap hadir dalam agenda budaya nasional dan internasional, termasuk pameran keris, festival seni, hingga sarasehan kebudayaan.

Pada 2018, PB XIII menerima penghargaan MURI atas pergelaran wayang kulit dengan kelir terpanjang di dunia. Hingga akhir hayatnya, PB XIII tetap menjalankan perannya sebagai pelindung kebudayaan Jawa sekaligus pemimpin adat Kasunanan Surakarta.

Sosoknya dikenang sebagai raja yang tenang, bijaksana, dan penuh dedikasi dalam menjaga warisan leluhur. Kepergiannya menjadi kehilangan besar bagi masyarakat Solo serta seluruh pecinta budaya Nusantara.

Tag Raja Solo Keraton Surakarta Pakubuwono XIII