Kronologi Ricuhnya OsteoRun Sukabumi 2025, Peserta Keluhkan Panitia dan Jalur Lari Amburadul!

Ajang lari bertajuk OsteoRun 7,5 Km yang digelar di Plaza Balai Kota Sukabumi, Minggu (5/10/2025), berakhir ricuh. Sejumlah peserta tampak menggeruduk panggung utama untuk menyampaikan protes kepada panitia.
Aksi tersebut terekam dalam beberapa video amatir yang kini viral di media sosial, salah satunya diunggah akun TikTok @sukabumiupdate.com.
Kericuhan bermula dari sederet keluhan peserta terhadap teknis penyelenggaraan yang dinilai tidak profesional. Banyak pelari menyebut event ini jauh dari standar lomba lari resmi.
Beberapa pelari mengungkapkan kekecewaan karena tidak ada marshal di sepanjang rute 7,5 km yang seharusnya mengarahkan peserta. Akibatnya, banyak yang kebingungan menentukan jalur.
Kericuhan di OsteoRun Sukabumi
Masalah lain muncul dari water station (WS) yang letaknya terlalu jauh satu sama lain. Parahnya, air minum tidak disediakan langsung oleh panitia, sehingga peserta harus mengambil sendiri botol minum dari meja yang disiapkan.
Situasi makin kacau di area garis finish. Lokasi yang seharusnya steril dari kendaraan justru digunakan sebagai area parkir. Beberapa pelari bahkan harus naik ke trotoar untuk bisa menyentuh garis akhir.
Selain itu, peserta juga mengeluhkan race pack yang tidak dibagikan secara merata, refreshment yang tidak mencukupi, dan medali finisher yang tidak tersedia hingga acara selesai.
Ketiadaan tim medis dan sweeper (penyapu jalur) juga menuai kritik tajam karena bisa membahayakan keselamatan pelari di lintasan.
Diketahui, OsteoRun 2025 digelar dalam rangka memperingati Hari Osteoporosis Nasional (HON) yang jatuh setiap 20 Oktober. Biaya pendaftaran ditetapkan Rp165 ribu untuk kategori umum dan Rp55 ribu untuk pelajar.
Namun, Ketua Perwatusi Kota Sukabumi, Moch. Sofyan, menjelaskan bahwa event tersebut awalnya hanya berupa kegiatan senam rutin tahunan. Ia mengaku tidak memiliki pengalaman dalam penyelenggaraan lomba lari.
Meski mengaku tidak terlibat langsung, Sofyan menyebut dirinya terpaksa turun tangan untuk mengondusifkan situasi.
Bahkan, ia mengaku harus mengeluarkan uang pribadi sebesar Rp17 juta sebagai hadiah bagi para pemenang lomba.
OsteoRun Sukabumi kacau
“Uang Rp17 juta saya keluarkan karena kacau panitia. Padahal itu bukan tanggung jawab saya,” ungkapnya.
Kericuhan di OsteoRun 2025 kini tengah menjadi sorotan publik. Banyak pihak menilai penyelenggara kurang siap menggelar event berskala publik. Sementara itu, warganet mendesak panitia untuk memberi klarifikasi resmi dan permintaan maaf kepada seluruh peserta.