Kocak! Ternyata Ini Alasan Najwa Shihab Tak Hadiri Resepsi Luna Maya dan Maxime Bouttier Meski Diundang
Gosip

Kasus ini bukan sekadar cerita lucu, tapi juga pelajaran penting soal literasi keamanan digital. Najwa Shihab mengungkap bahwa dirinya melewatkan undangan resepsi pernikahan Luna Maya dan Maxime Bouttier di Hotel Four Seasons Jakarta karena menganggapnya sebagai ancaman siber.
Masalah bermula ketika undangan dikirim lewat pesan WhatsApp dari nomor yang tidak dikenal. Lebih parah, pesan tersebut dilengkapi dengan tautan (URL link) yang terlihat mencurigakan. Berdasarkan pengalaman sebelumnya sebagai korban social engineering—termasuk penipuan dan spam via SMS atau panggilan—Najwa menerapkan protokol pribadi: jangan klik, jangan balas, jangan simpan.
“Nomor asing, ada link, otomatis saya klasifikasikan sebagai potensi phishing. Saya pikir ini cuma modus scam,” ujar Najwa saat berbicara di konferensi SATSPAM (Satuan Anti Scam dan Spam) yang diinisiasi Indosat, Minggu (10/8) di Hotel Pullman, Thamrin.
Baca Juga: Luna Maya Pakai Kalung Rp1,5 Miliar di Potret Romantis Jelang Pernikahan
Najwa Shihab bersama anak dan almarhum suaminya. [Instagram]
Najwa bahkan mengabaikan pesan itu sepenuhnya, mengira undangan pernikahan Luna sudah rampung di Bali. Baru setelah Luna sendiri mengirim direct message verification (“Mbak Najwa udah terima belum undangan?”), ia sadar undangan tersebut legitimate.
Menurut Najwa, ini contoh klasik “false positive” dalam dunia cyber security—konten valid yang keliru terblokir karena dianggap ancaman. Ia menilai tingginya intensitas serangan spam, scam, dan phishing membuat masyarakat berada dalam mode siaga penuh, bahkan terhadap kontak yang sebenarnya aman.
Luna Maya dan Maxime Bouttier dalam respsi pernikahannya di Jakarta. [YouTube]
“Kita sampai hidup dalam zero trust mode. Teman sendiri ngundang nikahan, malah kita anggap spam. Ini lucu tapi juga ironis,” kata Najwa.
Baca Juga: Unboxing Souvenir Luna Maya dan Maxime Bouttier, Telan Biaya Rp7 M?
Bagi Najwa, masalah ini bukan sekadar personal. Ia menekankan bahwa hak atas keamanan digital seharusnya menjadi standar, bukan kemewahan. “Keamanan itu hak dasar pengguna. Jangan sampai kita terjebak dalam paranoia digital hanya karena ekosistem online kita penuh ancaman,” tegasnya.