Ini Profil Octopus Startup Daur Ulang Hamish Daud yang Kembali Disorot!
Nama aktor sekaligus presenter Hamish Daud kembali menjadi sorotan publik. Kali ini, perhatian tertuju padanya bukan hanya karena isu miring keretakan rumah tangganya dengan penyanyi Raisa Andriana, tetapi juga mengingatkan publik pada jejak kariernya di luar dunia hiburan.
Salah satu yang paling disorot adalah perannya di sebuah startup teknologi lingkungan (green-tech) bernama Octopus.
Octopus adalah perusahaan rintisan (startup) asal Indonesia yang fokus pada ekonomi sirkular dan pengelolaan sampah. Dalam struktur awal perusahaan, Hamish Daud tercatat pernah menjabat sebagai Chief Marketing Officer (CMO) dan juga disebut sebagai salah satu pendirinya (co-founder).
Baca Juga: Diterpa Isu Cerai Setelah 8 Tahun Nikah, Ini Jejak Cinta Raisa dan Hamish Daud
Nama perusahaan ini sempat menjadi buah bibir secara nasional pada pertengahan 2023. Sayangnya, sorotan tersebut bernada negatif. Octopus diterpa isu tak sedap terkait dugaan penunggakan pembayaran gaji atau insentif kepada para pekerjanya di lapangan, yang dikenal sebagai 'Penyelam' atau 'Octopus Heroes'.
Sebagai figur publik ternama yang memegang posisi sentral (CMO) dan wajah utama perusahaan, nama Hamish Daud tak pelak ikut terseret. Banyak warganet dan pekerja yang merasa terdampak mempertanyakan tanggung jawab suami Raisa tersebut melalui berbagai platform media sosial.
Baca Juga: Isu Cerai Hamish Daud, Lirik Lagu Baru Raisa Jadi Sorotan Netizen: Ini Curhat Terselubung!
Menanggapi gejolak yang terjadi saat itu, Hamish Daud segera memberikan klarifikasi. Ia menyatakan bahwa dirinya sudah tidak aktif dalam manajemen operasional harian Octopus sejak tahun 2022, jauh sebelum isu penunggakan gaji tersebut mencuat ke publik.
Kini, di tengah santernya kabar miring soal rumah tangganya, profil Octopus kembali dicari. Publik seakan kembali mengulik rekam jejak bisnis dan kontroversi yang pernah melibatkan pria berdarah Australia tersebut.
Apa Sebenarnya Octopus?
Octopus Perusahaan Daur Ulang Hamish Daud [Youtube]
Octopus secara resmi diluncurkan pada bulan Juli 2022, meskipun cikal bakalnya telah dirintis setahun sebelumnya, tepatnya pada 2021. Inisiatif ini digagas oleh lima orang pendiri, yaitu Mohammad Ichsan, Hamish Daud, Niko Adi Nugroho, Rizki Mardian, dan Dimas Ario.
Fokus utama Octopus adalah menciptakan ekonomi sirkular dengan memudahkan proses pengumpulan dan pendaurulangan sampah konsumsi. Berbagai jenis limbah rumah tangga dapat dikelola melalui platform mereka untuk diubah menjadi produk yang memiliki nilai jual kembali.
Meski dikenal publik sebagai salah satu pendiri, peran Hamish Daud dalam perusahaan saat ini adalah sebagai Chief Marketing Officer (CMO). Posisi puncak sebagai Chief Executive Officer (CEO) Octopus dipegang oleh Mohammad Ichsan.
Jangkauan operasional Octopus telah meluas ke sejumlah wilayah urban di Indonesia. Kehadirannya dapat dijumpai di Jakarta, Tangerang Selatan, Bandung, Bekasi, Depok, Bogor, Cimahi, Denpasar, Gianyar, Badung, dan Makassar.
Selain melayani masyarakat umum, Octopus juga menyediakan data analitik yang berharga bagi industri barang konsumsi cepat saji atau Fast-Moving Consumer Goods (FMCG). Data ini menjadi solusi dalam menangani isu kemasan berkelanjutan di tanah air.
Layanan inti Octopus dapat diakses masyarakat melalui aplikasi mobile yang tersedia gratis di Google Play Store untuk pengguna Android dan App Store untuk perangkat iOS. Aplikasi ini menjadi pintu utama interaksi antara pengguna dan layanan daur ulang.
Melalui aplikasi tersebut, masyarakat dapat menyetorkan berbagai kategori sampah bekas konsumsi. Jenis limbah yang diterima sangat beragam, mulai dari popok bekas pakai, kemasan kaca, hingga barang elektronik yang sudah tidak terpakai.
Terdapat dua opsi utama untuk menyerahkan sampah. Opsi pertama, pengguna dapat meminta penjemputan sampah langsung dari lokasi mereka oleh petugas Octopus. Opsi kedua, sampah dapat diantarkan secara mandiri ke titik-titik drop-off resmi yang telah disediakan.
Sebagai bentuk apresiasi, setiap partisipasi dalam menyetor sampah akan mendapat imbalan berupa poin yang terkumpul di dalam akun aplikasi. Sistem insentif ini dirancang untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat.
Poin yang telah dikumpulkan dapat ditukarkan dengan berbagai macam produk dan manfaat dari mitra Octopus. Beberapa contoh penukaran yang populer termasuk voucher makanan, diskon belanja, pulsa telepon, dan token listrik.
Di balik layanannya, Octopus membangun ekosistem yang melibatkan beberapa jenis kemitraan. Kemitraan ini dirancang untuk memungkinkan partisipasi berbagai pihak dalam misi pelestarian lingkungan.
Octopus Perusahaan Daur Ulang Hamish Daud [Youtube]
Jenis kemitraan pertama adalah "Sahabat Octopus". Kategori ini merujuk pada setiap individu pengguna aplikasi yang aktif menyetorkan sampah konsumsi mereka, baik melalui jasa penjemputan maupun dengan mengantarkan sendiri.
Kemitraan kedua adalah "Pelestari", sebuah akronim dari "Pahlawan Biru Penjaga Alam Tetap Lestari". Peran ini diisi oleh petugas lapangan yang bertugas menjemput sampah dari para Sahabat Octopus dan mengantarkannya ke titik pengumpulan.
Para Pelestari mendapatkan insentif atas jasa mereka dan memiliki visibilitas terhadap perjalanan sampah hingga sampai ke industri daur ulang. Bagi yang tertarik menjadi Pelestari, proses pendaftaran dapat dilakukan melalui aplikasi Octopus.
Jenis kemitraan ketiga adalah "Octopoint". Ini merupakan sebutan untuk tempat pengumpulan sampah sementara, yang berfungsi sebagai titik penampungan sebelum sampah dipilah lebih lanjut dan didistribusikan ke pihak-pihak pengolah.
Terakhir, terdapat kemitraan "Rekan Bisnis" yang diperuntukkan bagi perusahaan atau pelaku usaha yang ingin bertanggung jawab atas sampah yang mereka hasilkan. Octopus membantu dalam hal pendataan dan pengumpulan sampah dari entitas bisnis tersebut.