Film Tinggal Meninggal Tawarkan Konsep 'Breaking The Fourth Wall', Apa Itu?
Film

Film "Tinggal Meninggal" mulai tayang di bioskop pada Kamis, 14 Agustus 2025.
Dibintangi oleh Omara Esteghlal, pacar Prilly Latuconsina tersebut berperan sebagai Gema yang mendapatkan perhatian teman kantornya setelah ayahnya meninggal.
Film ini menjadi debut penyutradaraan bagi Kristo Immanuel, yang sebelumnya dikenal sebagai komika dan aktor.
Baca Juga: Film Agak Laen 2 Tayang 27 November, Teaser Muncul di Pembuka 'Tinggal Meninggal'
Ia tidak sendirian. Sang istri, Jessica Tjiu, juga turut menjadi ko-sutradara dan penulis naskah.
Kristo awalnya ragu untuk menyajikan genre dark comedy di pasar perfilman Indonesia.
Baca Juga: Kristo Immanuel Pamer Poster 'Tinggal Meninggal', Ardit Erwandha Ngaku Yim Siwan
Namun keraguannya sirna setelah melihat reaksi positif dari penonton yang berkesempatan menyaksikan duluan.
Di balik ceritanya yang terkesan aneh, film ini ternyata ingin memberikan hiburan dan pemahaman bagi mereka yang memiliki kondisi Neurodivergent.
Melalui karakter Gema, Kristo berharap masyarakat bisa lebih memahami cara kerja otak yang berbeda dari orang pada umumnya.
"Tinggal Meninggal" mengusung konsep breaking the fourth wall, yang mana karakter Gema akan berbicara langsung kepada penonton.
Konsep yang masih jarang di perfilman Indonesia ini dipilih Kristo karena menyukai film dan serial dengan gaya serupa.
Poster Film Tinggal Meninggal [IMDb]
Film ini merupakan produksi ketujuh dari rumah produksi Imajinari.
Menurut Ernest Prakasa selaku produser eksekutif, "Tinggal Meninggal" menjadi proyek yang paling lancar dan cepat selesai.
Kristo diungkap tahu persis apa yang dia inginkan, sehingga tidak ada adegan yang diulang-ulang.
Berbagai elemen dalam film ini, termasuk hewan ngengat, memiliki makna simbolis.
Ngengat dipilih karena mirip dengan kupu-kupu yang sering dihubungkan dengan perasaan gugup saat bahagia, sekaligus menjadi simbol kematian.
Selain itu, poster film yang menampilkan kuburan dari tumpukan kardus melambangkan absurditas duka dalam budaya digital.